Samarinda – Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Sekretaris Daerah (Sekda) Kalimantan Timur, Sri Wahyuni, mengundang para investor untuk aktif berpartisipasi dalam hilirisasi industri kelapa sawit di wilayahnya. Menurutnya, hilirisasi merupakan langkah strategis yang dapat mengubah paradigma ekonomi daerah menjadi lebih berkelanjutan.
Ajakan tersebut disampaikan Sri Wahyuni setelah menjadi penilai dalam seminar Policy Brief Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan XXIV tahun 2024, yang berlangsung di Aula 1 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Kaltim pada Kamis, 31 Oktober 2024. “Hilirisasi adalah kunci untuk transformasi ekonomi. Ini adalah insight positif yang kami dapat dari presentasi peserta seminar,” ungkapnya.
Sri Wahyuni juga menekankan pentingnya investasi hijau sebagai prioritas dalam pengembangan sektor ini. Ia menegaskan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) harus menjadi bagian integral dari keberhasilan investasi hijau. Meskipun Kaltim telah memiliki kebijakan dasar untuk investasi, penguatan kebijakan tersebut tetap diperlukan agar lebih sesuai dengan dinamika pasar dan mendukung pertumbuhan industri lokal.
“Penguatan kebijakan sangat penting. Kami mendapatkan masukan dari seminar tentang rantai pasok kelapa sawit yang ideal,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa fokus kebijakan seharusnya diarahkan pada rantai pasok yang efisien dan berkelanjutan. Kaltim telah memiliki forum perkebunan sawit dan forum konsultasi daerah sebagai wadah diskusi strategis untuk mengatasi tantangan yang ada.
Sri berharap asosiasi perkebunan sawit di bawah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk mendorong hilirisasi yang berkelanjutan. “Kami ingin asosiasi perkebunan kelapa sawit dapat berkumpul dan mendiskusikan isu-isu yang ada. Hilirisasi perlu didorong agar dapat terlaksana dengan baik,” tegasnya.
Melalui forum ini, diharapkan semua pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk mengatasi berbagai tantangan, seperti memastikan ketersediaan bahan baku untuk hilirisasi produk kelapa sawit. “Kita perlu mengumpulkan masukan dari semua stakeholder untuk fokus pada hilirisasi sebagai langkah nyata ke depan,” tambahnya.
Mengenai penilaian terhadap empat kelompok yang mempresentasikan policy brief di seminar, Sri Wahyuni memberikan apresiasi terhadap hasil yang telah dicapai, meskipun masih ada ruang untuk perbaikan. “Perbaikan adalah bagian dari proses belajar. Policy brief ini berfungsi sebagai risalah kebijakan yang memberikan masukan bagi pengambilan keputusan,” katanya.
Sri Wahyuni berharap seminar ini dapat menghasilkan ide-ide inovatif yang dapat diimplementasikan untuk memperkuat sektor perkebunan kelapa sawit di Kaltim, demi mencapai ekonomi yang berkelanjutan.