lintas1.id, KUTAI KARTANEGARA – Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu saat ini menjadi salah satu pusat produksi bibit ikan air tawar. Banyaknya produksi membuat penjualannya mendominasi pasar Kalimantan Timur bahkan hingga Kalimantan Utara. Di kawasan ini kapasitas produksi per tahunnya mencapai 15 hingga 20 juta ekor bibit.
Desa ini sebelumnya lebih identik dengan budidaya ikan konsumsi, namun kini mulai bergeser ke pembibitan ikan karena dinilai lebih menjanjikan secara ekonomi. Perubahan tren ini muncul secara alami seiring meningkatnya permintaan pasar dan sukses mengukuhkan diri sebagai rujukan utama sektor perikanan pembibitan.
“Setiap hari ada pengiriman bibit ke berbagai kabupaten dan kota, bahkan sampai luar provinsi. Ini menjadi peluang besar yang dimanfaatkan masyarakat,” jelas Kepala Desa Ponoragan, Sarmin.
Model penjualan yang diterapkan warga pun tergolong efisien. Sistem penjualan per ekor memungkinkan petani memperoleh margin keuntungan yang lebih tinggi dibanding sistem konvensional. Selain itu, mutu bibit tetap terjaga karena melalui proses seleksi yang ketat.
Menariknya, bibit yang tidak lolos seleksi tidak serta merta dibuang. Inovasi lokal menghadirkan produk camilan khas bernama babyfish, berupa ikan kecil goreng yang digemari sebagai oleh-oleh khas desa.
“Dari limbah pembibitan, warga bisa tetap memperoleh nilai ekonomi. Produk babyfish bahkan mulai dikenal di beberapa daerah,” jelas Sarmin.
Keberhasilan Ponoragan sebagai sentra bibit ikan tak lepas dari sinergi pembangunan desa. Pemerintah desa aktif menyusun program berbasis aspirasi warga yang diserap melalui Musyawarah Desa dan koordinasi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
“Pembangunan di Ponoragan selalu mempertimbangkan masukan warga. Prinsipnya berkelanjutan tapi tetap adaptif terhadap kebutuhan lapangan,” tutupnya.
Dengan kombinasi inovasi, kemandirian, dan perencanaan matang, Ponoragan kini tidak hanya menjadi penggerak ekonomi lokal, tetapi juga ikon desa produktif berbasis perikanan di Kalimantan.(adv/diskominfokukar/ls1/mjb)